Monday, December 7, 2009

Jingga Biru Abu-Abu

0 comments

Mendung menjelang senja..
Jingga semburat biru ditepi abu-abu..
Bumi juga biru menahan haru..
Sementara kantung mata langit mulai tebal menggantung,
Aku hanya bisa termangu..

Saturday, May 30, 2009

Matahari, bumi, dan bulan tentu saja

0 comments
Aku menganalogikan hubungan antara kau dan dia seperti matahari, bumi, dan bulan. Dialah bumi dan kaulah bulan.

Kawan, tak bisa dipungkiri bahwasanya kalian berotasi pada poros hidup ini dengan masing-masing ego kalian.

Kau bulan, akan tetap setia mengikat sekeliling bumi dengan tali-tali cinta yang kau miliki.. Masih kau bulan, yang pancarkan terang ketika bumi kedinginan dalam malam-malam kelam.. Tak peduli sabit atau purnama, kau tetaplah bulan yang anggun dalam gelap malam.

Lalu bumi? Dia adalah tempat bulan menggantungkan diri.. Gravitasi cinta agar purnama tak lepas dari genggaman dan sabit tak hilang dari pandangan.

Tahukah sahabat, siapakah yang kusebut matahari? Dia adalah komitmen.. Janji sehidup semati antara bulan dan bumi untuk bersama mengitari orbit hidup ini yg penuh dengan meteor meteorit yang siap melantakkan kalian.


*untuk teman, yang telah menceritakan kisahnya malam itu.. Jangan cengeng ah.. ;)*

Thursday, May 28, 2009

Rindu Sesak

0 comments
Bapak beranak itu rebah bersebelahan.
Tiba-tiba prosa dalam otak menguap begitu saja..
Aku rindu berdikusi seperti politisi berdebat tentang rakyat.
Aku rindu terbahak bersama layaknya sepasang sahabat.
Aku rindu nasehatnya laksana hamba menerima titah raja.
Beribu ton rindu berdesak sesak sebelum akhirnya aku terlelap.
 



Monday, May 25, 2009

Paradoks Proletar

0 comments
Kaki ini harus tetap berpijak bumi. Selain untuk berlari, mereka harus lekat tanpa satu sentimeterpun boleh terangkat. Hanya dagu, mendongak ragu-ragu menantang. Masa depan seperti semakin tak berpihak marhaen yang terlantar. Siapa sekarang yang akan menyambung lidah rakyat? Paradoks kaum proletar yg terpinggirkan keadaan.

Bukan, ternyata bukan proletar yang terpinggirkan keadaan. Lebih tepatnya diinjak injak kemunafikan. Dipinjam namanya lalu dicampakkan oleh mereka yg seharusny menjadi imam.

Ironi tak henti-henti di negeri pertiwi.


 

Monday, May 18, 2009

Dua Dimensi

0 comments

Secara matematika, cintaku adalah sebuah bidang dengan kau salah satu dimensinya.. 
Jika aku axis maka kau-lah ordinatnya. 
Saling melengkapi dalam deretan titik-titik koordinat yang menggambarkan cinta kita.
Tapi sejak kapan cinta bisa diperhitungkan? 
Ini hanya perumpamaan.
Dan cinta ini jauh melebihi apapun perumpamaan.

Saturday, May 16, 2009

Mereka, Kalian, atau Saya?

0 comments

Aku lekat dalam kota dengan udara polusi yang semakin pekat. 
Nafasku termegap ditengah himpitan berjuta-juta manusia yang berdesak. 
Sebentar lalu hampir saja aku tersedak ketika kudengar berita pembunuhan gara gara uang sebiji perak.
Mungkin semua orang disini sudah beranjak gila, termasuk aku tentu saja.
Kadang kudapati diriku menceracau kacau.
Mengutuki politisi yang muncul di tivi dengan berbusa-busa janji mimpi.
Haha.. Semua orang gila disini mempunyai wakil disana.
Ya.. di senayan sana orang gila paling gila berkumpul, bercengkrama, kadang berbisik, kemudian serta merta tertawa bersama-sama.
Sedangkan bumi, meringis sinis.
Tak bisa dibayangkan jika dia juga ikut ikutan tertawa.
Bisa-bisa seluruh isi perut pertiwi ini habis dimuntahkannya.
Lalu yang tertinggal mereka, kalian, atau saya?

Tuesday, March 3, 2009

Malaikat baiknya Zafran

0 comments
Wanita adalah ciptaan terindah yang akan selalu hadir dalam setiap hembusan nafasmu, dalam setiap butir embun di pagi hari.

Dan wanita, ia seperti matahari. Kamu akan melihat pantulan sinarnya di embun pagi yang akan menandai baik dan buruknya kamu di awal hari. Baik buruknya kamu di dunia ini.

Seperti sebuah embun, dia akan memudar seiring datangnya siang, seiring angin dan daun hijau yang membawanya jatuh ke tanah.

Tapi biarpun dia hilang, kamu akan melihat lagi embun itu esok pagi… dan seterusnya…

Dia ‘kan mencintaimu seterusnya bila kamu mencintainya untuk untuk seterusnya… untuk seterusnya.

(Malaikat baiknya Zafran, 5 cm)